Pelapukan Kimiawi yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi:
1). Komposisi batuan: ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan lebih cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang.
2). Iklim: daerah yang mempunyai iklim basah dan panas misalnya iklim hujan tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
3) Ukuran batuan: makin kecil ukuran batuan, makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut, berarti makin cepat pelapukannya.
4) Vegetasi dan binatang: dalam hidupnya vegetasi dan binatang menghasilkan asam¬ asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan.
Artinya vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.
Jenis-jenis pelapukan kimiawi dapat dibedakan:
1) Pelarutan/penghancuran (Solution/dissolution)
yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami dekomposisi karena pelarutan oleh air.
Contoh: kuarsa mengalami pelarutan
SiO2 + 2H20 Si(OH)4
2) Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air bereaksi langsung dengan mineral penyusun batuan, terjadi penggantian kation metal seperti K +, Na +, Ca ++, Mg ++ oleh ion H+
Contoh : 4NaAISi03O8 + 6H20 Al4Si4O10(OH + 8Si)2 + 4Na+
(albit) (air) + 40H kaolinit
3) Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang disebabkan oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg, Na, dan K. pada proses ini terjadi dekomposisi pada batuan/perubahan fisik.
Contoh : - dekomposisi batuan gamping
- dekomposisi batuan granit
- dekomposisi batuan gabro
4) Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh reaksi oksigen terhadap mineral besi pada batuan, terutama jika batuan dalam keadaan basah.
contoh: 4Fe + 3O2 2 Fe2O3 (hematit)
5) Hidrasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebakan oleh penyerapan air oleh mineral ke dalam struktur kristal batuan.
Contoh: 2Fe2O3 + 3H20 2Fe2O33H2O
(hematit (air) (limonit)
dengan demikian = volume limonit > hematit; kristalin menjadi nonkristalin.
6). Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan,terutama basaltis.
Bentuk topografi hasil pelapukan pada umumnya berskala kecil, dibedakan menjadi:
1) Hasil dari Differensial Weathering: terjadi karena tingkat resistensi batuan tidak sama, batuan resistensi lebih sulit lapuk, sedangkan yang tidak resistensi berupa torehan¬ - torehan.
Contoh: Pinnacle (pilar-pilar batuan keras)
Rock Padestal (batujamur).
2) Exfoiation dome:yaitu bukit/kubah yang permukaannya terkelupas.
3) Tor adalah batu-batu bundar hasil pengelupasan yang masih melihat pada batuan dasar.
4) Core stone: seperti tor, tidak melihat pada dasar karena pelapukan terjadi di bawah permukaaan.
5) Spheriodally Wethered bouder yaitu batu-batu agak membulat karena pelapukan fisik dan kimiawi, intensif pada sudut-sudut batuan.
6) Pit hole adalah lubang-lubang kecil pada batuan, bekas mineral yang lapuk, misalnya: desilikasi.
7) Talus yaitu tumpukan/timbunan ruing hasil pelapukan di kaki lereng terjal. Pada umumnya membentuk kerucut sehingga disebut Taluscone.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi:
1). Komposisi batuan: ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan lebih cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang.
2). Iklim: daerah yang mempunyai iklim basah dan panas misalnya iklim hujan tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
3) Ukuran batuan: makin kecil ukuran batuan, makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut, berarti makin cepat pelapukannya.
4) Vegetasi dan binatang: dalam hidupnya vegetasi dan binatang menghasilkan asam¬ asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan.
Artinya vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.
Jenis-jenis pelapukan kimiawi dapat dibedakan:
1) Pelarutan/penghancuran (Solution/dissolution)
yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami dekomposisi karena pelarutan oleh air.
Contoh: kuarsa mengalami pelarutan
SiO2 + 2H20 Si(OH)4
2) Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air bereaksi langsung dengan mineral penyusun batuan, terjadi penggantian kation metal seperti K +, Na +, Ca ++, Mg ++ oleh ion H+
Contoh : 4NaAISi03O8 + 6H20 Al4Si4O10(OH + 8Si)2 + 4Na+
(albit) (air) + 40H kaolinit
3) Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang disebabkan oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg, Na, dan K. pada proses ini terjadi dekomposisi pada batuan/perubahan fisik.
Contoh : - dekomposisi batuan gamping
- dekomposisi batuan granit
- dekomposisi batuan gabro
4) Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh reaksi oksigen terhadap mineral besi pada batuan, terutama jika batuan dalam keadaan basah.
contoh: 4Fe + 3O2 2 Fe2O3 (hematit)
5) Hidrasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebakan oleh penyerapan air oleh mineral ke dalam struktur kristal batuan.
Contoh: 2Fe2O3 + 3H20 2Fe2O33H2O
(hematit (air) (limonit)
dengan demikian = volume limonit > hematit; kristalin menjadi nonkristalin.
6). Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan,terutama basaltis.
Bentuk topografi hasil pelapukan pada umumnya berskala kecil, dibedakan menjadi:
1) Hasil dari Differensial Weathering: terjadi karena tingkat resistensi batuan tidak sama, batuan resistensi lebih sulit lapuk, sedangkan yang tidak resistensi berupa torehan¬ - torehan.
Contoh: Pinnacle (pilar-pilar batuan keras)
Rock Padestal (batujamur).
2) Exfoiation dome:yaitu bukit/kubah yang permukaannya terkelupas.
3) Tor adalah batu-batu bundar hasil pengelupasan yang masih melihat pada batuan dasar.
4) Core stone: seperti tor, tidak melihat pada dasar karena pelapukan terjadi di bawah permukaaan.
5) Spheriodally Wethered bouder yaitu batu-batu agak membulat karena pelapukan fisik dan kimiawi, intensif pada sudut-sudut batuan.
6) Pit hole adalah lubang-lubang kecil pada batuan, bekas mineral yang lapuk, misalnya: desilikasi.
7) Talus yaitu tumpukan/timbunan ruing hasil pelapukan di kaki lereng terjal. Pada umumnya membentuk kerucut sehingga disebut Taluscone.