Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis. Proses geomorfologi tersebut
tercakup dalam studi geomorfologi, yang mempelajari bentuklahan (landfoem) secara genetik dan proses yang mempengaruhi bentuklahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan (Zuidam and Zuidam Cancelado, 1979).
Arsyad (1989), erosi adalah pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-¬ bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi dapat juga disebut pengikisan atau pelongsoran, sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air atau angin, baik yang berlangsung T I
secara alamiah ataupun sebagai akibat/tindakan perbuatan manusia (Kartasapoetra, 1991). Pengertian erosi tersebut mengandung suatu rangkaian proses. Berdasarkan hal itu Brady (1974), membedakan erosi menurut intensitasnya menjadi empat yaitu: erosi alami, erosi normal, erosi geologi dan erosi dipercepat (dalam Yunianto, 1994).
Erosi secara alamiah, normal dan geologi tidak menimbulkan musibah yang berat, ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah yang dipindahkan seimbang dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah. Akan tetapi bahaya-bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh erosi biasanya berasal dari
proses erosi akibat tindakan dan perbuatan yang negatif atau kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan tanah pertanian (Kartasapoetra, 1991).
Begitu besar bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, maka banyak ahli yang membagi faktor-fahor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut Baver (1972), bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi tanah adalah: 1) sifat hujan, 2) kemiringan lereng dari
Jaringan aliran air, 3) tanaman penutup tanah, dan 4) kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam (Kartasapoetra, 1991). Morgan (1979), menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah.
Baver (1972) dan Morgan (1980) dalam Sahuleka (1993), menyatakan bahwa erosi merupakan interaksi antara faktor iklim, topografi, tanah, vegetasi, dan aktivitas
manusia yang dinyatakan dengan formula sebagai beriku:
E = f (c. t. v. s. h) (2 - I)
dalam hal ini :
E = erosi c = iklim t = topografi v = vegetasi
f = fungsi s = tanah h = manusia
a.lklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi terutama fungsinya sebagai agen pemecahan dan transport. Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur, kelembadan, dan penyinaran matahari (Schwab et al., 1981;
dalam Arsyad, 1989). Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besamya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan, juga bersama-sama dengan temperatur, kelembadan dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah. Selain itu, juga mempengaruhi kecepatan pelapukan baik bahan organik maupun anorganik yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah (Arsyad, 1989).
b. Topografi
Kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng adalah unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi (Arsyad, 1989). Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran per¬mukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
Panjang/lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan
lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng bawah, dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada di bagian atas. Hal tersebut menimbulkan tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar dari pada bagian atas.
Konfigurasi lereng permukaan berbentuk cembung, planar dan cekung mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap erosi. Berdasarkan konfigurasi lereng, erosi lembar cenderung pada permukaan yang cembung dan planar, sedangkan erosi alur dan parit cenderung terjadi pada permukaan yang cekung. Hal itu disebabkan karena pada lereng cekung aliran permukaan cenderung terkonsentrasi. Demikian juga arah lereng yang menghadap sinar matahari cenderung mengalami erosi lebih besar dibandingkan arah lereng yang kurang mendapat sinar matahari. Hal itu disebabkan karena sinar matahari secara langsung dapat mengakibatkan proses penguraian bahan organik tanah berjalan lebih intensif sehingga kandungan bahan organik lebih rendah dan tanah lebih mudah terdispersi.
c. Vegetasi
Peranan vegetasi terhadap erosi terutama pada kemampuannya mengurangi kecepatan jatuh dari butir hujan dan mempengaruhi aliran permukaan (Wischmeier dan Smith, 1978; dalam Arsyad, 1989).
d. Tanah
Baver et al. (1972), menerangkan bahwa kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menaban air, dan sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh media alami. Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah: 1) tekstur, 2) struktur, 3) bahan organik.
4) kedalaman, 5) sifat lapisan tanah, dan 6) tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989).
e. Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung bagaimana manusia mengelolanya. Manusialah yang menentukan apakah tanah yang "diusahakannya akan rusak dan tidak produktif secara lestari. Banyak faktor yang akan menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana, sehingga menjadi lebih balk dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka panjang yang tidak terbatas (Arsyad, 1989).
Berdasarkan hal tersebut mendorong Morgan (1979), untuk membuat klasifikasi bentuk erosi menjadi . 1) erosi percik (splash erosion), 2) eros, aliran permukaan (overland flow erosion), 3) erosi aliran bawah permukaan (subsurface flow erosion), 4) erosi alur (rill erosion), 5) erosi parit (gully enNlion), dan 6) gerakan massa tanah (mass movement erosion) (Ananto, 1991).
tercakup dalam studi geomorfologi, yang mempelajari bentuklahan (landfoem) secara genetik dan proses yang mempengaruhi bentuklahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan (Zuidam and Zuidam Cancelado, 1979).
Arsyad (1989), erosi adalah pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-¬ bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi dapat juga disebut pengikisan atau pelongsoran, sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air atau angin, baik yang berlangsung T I
secara alamiah ataupun sebagai akibat/tindakan perbuatan manusia (Kartasapoetra, 1991). Pengertian erosi tersebut mengandung suatu rangkaian proses. Berdasarkan hal itu Brady (1974), membedakan erosi menurut intensitasnya menjadi empat yaitu: erosi alami, erosi normal, erosi geologi dan erosi dipercepat (dalam Yunianto, 1994).
Erosi secara alamiah, normal dan geologi tidak menimbulkan musibah yang berat, ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah yang dipindahkan seimbang dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah. Akan tetapi bahaya-bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh erosi biasanya berasal dari
proses erosi akibat tindakan dan perbuatan yang negatif atau kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan tanah pertanian (Kartasapoetra, 1991).
Begitu besar bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, maka banyak ahli yang membagi faktor-fahor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut Baver (1972), bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi tanah adalah: 1) sifat hujan, 2) kemiringan lereng dari
Jaringan aliran air, 3) tanaman penutup tanah, dan 4) kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam (Kartasapoetra, 1991). Morgan (1979), menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah.
Baver (1972) dan Morgan (1980) dalam Sahuleka (1993), menyatakan bahwa erosi merupakan interaksi antara faktor iklim, topografi, tanah, vegetasi, dan aktivitas
manusia yang dinyatakan dengan formula sebagai beriku:
E = f (c. t. v. s. h) (2 - I)
dalam hal ini :
E = erosi c = iklim t = topografi v = vegetasi
f = fungsi s = tanah h = manusia
a.lklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi terutama fungsinya sebagai agen pemecahan dan transport. Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur, kelembadan, dan penyinaran matahari (Schwab et al., 1981;
dalam Arsyad, 1989). Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besamya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan, juga bersama-sama dengan temperatur, kelembadan dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah. Selain itu, juga mempengaruhi kecepatan pelapukan baik bahan organik maupun anorganik yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah (Arsyad, 1989).
b. Topografi
Kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng adalah unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi (Arsyad, 1989). Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran per¬mukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
Panjang/lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan
lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng bawah, dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada di bagian atas. Hal tersebut menimbulkan tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar dari pada bagian atas.
Konfigurasi lereng permukaan berbentuk cembung, planar dan cekung mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap erosi. Berdasarkan konfigurasi lereng, erosi lembar cenderung pada permukaan yang cembung dan planar, sedangkan erosi alur dan parit cenderung terjadi pada permukaan yang cekung. Hal itu disebabkan karena pada lereng cekung aliran permukaan cenderung terkonsentrasi. Demikian juga arah lereng yang menghadap sinar matahari cenderung mengalami erosi lebih besar dibandingkan arah lereng yang kurang mendapat sinar matahari. Hal itu disebabkan karena sinar matahari secara langsung dapat mengakibatkan proses penguraian bahan organik tanah berjalan lebih intensif sehingga kandungan bahan organik lebih rendah dan tanah lebih mudah terdispersi.
c. Vegetasi
Peranan vegetasi terhadap erosi terutama pada kemampuannya mengurangi kecepatan jatuh dari butir hujan dan mempengaruhi aliran permukaan (Wischmeier dan Smith, 1978; dalam Arsyad, 1989).
d. Tanah
Baver et al. (1972), menerangkan bahwa kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menaban air, dan sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh media alami. Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah: 1) tekstur, 2) struktur, 3) bahan organik.
4) kedalaman, 5) sifat lapisan tanah, dan 6) tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989).
e. Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung bagaimana manusia mengelolanya. Manusialah yang menentukan apakah tanah yang "diusahakannya akan rusak dan tidak produktif secara lestari. Banyak faktor yang akan menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana, sehingga menjadi lebih balk dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka panjang yang tidak terbatas (Arsyad, 1989).
Berdasarkan hal tersebut mendorong Morgan (1979), untuk membuat klasifikasi bentuk erosi menjadi . 1) erosi percik (splash erosion), 2) eros, aliran permukaan (overland flow erosion), 3) erosi aliran bawah permukaan (subsurface flow erosion), 4) erosi alur (rill erosion), 5) erosi parit (gully enNlion), dan 6) gerakan massa tanah (mass movement erosion) (Ananto, 1991).