Berdasarkan hal tersebut mendorong Morgan (1979), untuk membuat klasifikasi bentuk erosi menjadi . 1) erosi percik (splash erosion), 2) eros, aliran permukaan (overland flow erosion), 3) erosi aliran bawah permukaan (subsurface flow erosion), 4) erosi alur (rill erosion), 5) erosi parit (gully enNlion), dan 6) gerakan massa tanah (mass movement erosion) (Ananto, 1991).
a. Erosi Percik
Erosi percik ialah proses percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah (Yunianto, 1994). Mc Intrye (1958; dalam Ananto, 1991) menyatakan bahwa ada empat fase dalam erosi percik, yakni: terjadinya pembasahan yang cepat pada permukaan tanah sehingga gaya kohesi antar partikel tanah menurun, akibatnya laju erosi percik akan meningkat, terjadinya pemadatan dan pembentukan lapisan kerak 'tipis (crust) tipis yang akan menurunkan besamya percikan dan meningkatnya akumulasi air, terbentuk a1iran turbulensi yang mampu menghilangkan sebagian lapisan kerak pada permukaan tanah. Erosi percikan maksimum terjadi setelah 2 – 3 menit setelah hujan turun. Pada daerah miring erosi percik ini akan terjadi hebat dibanding dengan daerah yang datar. Pada daerah datar butir-butir hujan dengan diameter 5,9 mm mampu memercikkan partikel hingga ketinggian 0,38 m, dan terlempar 1,5 m. Pada lahan yang diolah, butir hujan dengan diameter 6 mm mampu memereikkan hingga 0,3 m, dan terlempar sejauh 0,95 m (Mihara, 1952: dalam Ananto, 1991).
b. Erosi Lembar
Erosi lembar adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan/pemindahan lapisan tanah yang hampir merata di tanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan. Kekuatan jatuh tetes-tetes hujan dan aliran perluapan merupakan penyebab utama erosi lembar (Arsyad, 1989). Oleh karena hilangnya lapisan tanah atas adalah merata, maka bentuk erosi lembar seringkali tidak segera tampak, dan apabila proses erosi berlangsung lebih lanjut maka baru dapat diketahui setelah tanaman tumbuh pada lapisan tanah bawah. Erosi lembar disebut juga sebagai erosi antar erosi alur (onterrill erosion).
c. Erosi Alur
Erosi alur terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran kecil (alur), yang kedalamannya < 30 cm, dan terbentuk terutama di lahan pertanian yang baru saja diolah. Erosi ini sebenarnya sebagai perkembangan lebih lanjut dari erosi lembar, hanya tenaga aliran perluapan sudah mulai terkonsentrasi pada alur. Alur¬-alur tersebut terbentuk karena daya tahan tanah terhadap pengaruh tenaga erosi oleh aliran perluapan tidak merata, sehingga pada bagian yang relatif lembek akan mengalami pengikisan awal (Yunianto, 1994).
Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah-tanah yang ditanami dengan tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng atau akibat pengolahan tanah menurut lereng atau bekas tempat menarik balok-balok kayu. Erosi lembar dan erosi alur merupakan kedua bentuk erosi yang lebih banyak dan luas terjadinya jika dibandingkan dengan bentuk erosi lainnya.
d. Erosi Parit
Proses terbentuknya erosi ini sama dengan erosi alur, akan tetapi tenaga erosinya berupa aliran limpasan, dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam sehingga sudah tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa. Di samping itu, ukuran lebar aim sudah lebih dari 50 cm, dan kedalaman alur lebih dari 30 cm (Bergsma, 1980; dalam Yunianto, 1994).
Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi substratanya. Bentuk V adalah bentuk yang umum terdapat, tetapi daerah-daerah yang substratanya rnudah lepas yang umumnya berasal dari batuan sedimen maka akan terjadi bentuk U. Tanah-tanah yang sudah mengalami erosi parit sangat sulit 'untuk dijadikan lahan pertanian: Diantara kedua bentuk tersebut, bentuk U lebih sulit diperbaiki dari pada bentuk V (Arsyad, 1989).
a. Erosi Percik
Erosi percik ialah proses percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah (Yunianto, 1994). Mc Intrye (1958; dalam Ananto, 1991) menyatakan bahwa ada empat fase dalam erosi percik, yakni: terjadinya pembasahan yang cepat pada permukaan tanah sehingga gaya kohesi antar partikel tanah menurun, akibatnya laju erosi percik akan meningkat, terjadinya pemadatan dan pembentukan lapisan kerak 'tipis (crust) tipis yang akan menurunkan besamya percikan dan meningkatnya akumulasi air, terbentuk a1iran turbulensi yang mampu menghilangkan sebagian lapisan kerak pada permukaan tanah. Erosi percikan maksimum terjadi setelah 2 – 3 menit setelah hujan turun. Pada daerah miring erosi percik ini akan terjadi hebat dibanding dengan daerah yang datar. Pada daerah datar butir-butir hujan dengan diameter 5,9 mm mampu memercikkan partikel hingga ketinggian 0,38 m, dan terlempar 1,5 m. Pada lahan yang diolah, butir hujan dengan diameter 6 mm mampu memereikkan hingga 0,3 m, dan terlempar sejauh 0,95 m (Mihara, 1952: dalam Ananto, 1991).
b. Erosi Lembar
Erosi lembar adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan/pemindahan lapisan tanah yang hampir merata di tanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan. Kekuatan jatuh tetes-tetes hujan dan aliran perluapan merupakan penyebab utama erosi lembar (Arsyad, 1989). Oleh karena hilangnya lapisan tanah atas adalah merata, maka bentuk erosi lembar seringkali tidak segera tampak, dan apabila proses erosi berlangsung lebih lanjut maka baru dapat diketahui setelah tanaman tumbuh pada lapisan tanah bawah. Erosi lembar disebut juga sebagai erosi antar erosi alur (onterrill erosion).
c. Erosi Alur
Erosi alur terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah saluran kecil (alur), yang kedalamannya < 30 cm, dan terbentuk terutama di lahan pertanian yang baru saja diolah. Erosi ini sebenarnya sebagai perkembangan lebih lanjut dari erosi lembar, hanya tenaga aliran perluapan sudah mulai terkonsentrasi pada alur. Alur¬-alur tersebut terbentuk karena daya tahan tanah terhadap pengaruh tenaga erosi oleh aliran perluapan tidak merata, sehingga pada bagian yang relatif lembek akan mengalami pengikisan awal (Yunianto, 1994).
Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah-tanah yang ditanami dengan tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng atau akibat pengolahan tanah menurut lereng atau bekas tempat menarik balok-balok kayu. Erosi lembar dan erosi alur merupakan kedua bentuk erosi yang lebih banyak dan luas terjadinya jika dibandingkan dengan bentuk erosi lainnya.
d. Erosi Parit
Proses terbentuknya erosi ini sama dengan erosi alur, akan tetapi tenaga erosinya berupa aliran limpasan, dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam sehingga sudah tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa. Di samping itu, ukuran lebar aim sudah lebih dari 50 cm, dan kedalaman alur lebih dari 30 cm (Bergsma, 1980; dalam Yunianto, 1994).
Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi substratanya. Bentuk V adalah bentuk yang umum terdapat, tetapi daerah-daerah yang substratanya rnudah lepas yang umumnya berasal dari batuan sedimen maka akan terjadi bentuk U. Tanah-tanah yang sudah mengalami erosi parit sangat sulit 'untuk dijadikan lahan pertanian: Diantara kedua bentuk tersebut, bentuk U lebih sulit diperbaiki dari pada bentuk V (Arsyad, 1989).