Laporan kesesuaian lahan untuk keterlintasan jalan
I.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui kemampuan lahan
wilayah dalam pembangunan jalan malang lingkar timur
II.
ALAT DAN BAHAN
a.
Survey dan observasi lapangan
1.
Meteran
2.
Palu Geologi
3.
Kompas Geologi
4.
Bor Tanah
5.
Penggaris
b.
Analisis Laboratorium (Tekstur
Tanah)
1.
Gelas Ukur
2.
Oven
3.
Bunsen
4.
Kaki tiga
5.
Pipet kecil dan besar
6.
Aquadest
7.
Larutan H2O2
8.
Larutan HCl
9.
Larutan NaOH
III.
DASAR TEORI
Klasifikasi
kemampuan lahan adalah penialaian komponen lahan yang menurut Arsyad (1989)
adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan
kedalam berbagai kategori berdasarkan sifat-sifat yang merupakan potensi dan
penghambat dalam penggunaan lahan.
Keterlintasan jalan
adalah kemampuan suatu unit medan untuk menopang gerak lintas kendaraan darat
yang lewat diatasnya. Ada berbagai jenis dan tonase kendaraan darat yang lewat
pada suatu jalan. Tidak semua jalan dapat dilewati oleh berbagao kendaraan
tersebut. Oleh karena itu jalan dapat diklasifikasikan dengan dasar tertentu.
Klasifikasi jalan
berdasarkan fungsi, menurut peraturan perancangan geometrik jalan raya (1970)
adalah jalan utama, jalan sekunder, dan jalan penghubung. Klasifikasi jalan berdasrkan klas, menurut
peratutran perencanaan geometrik jalan
raya (1970), jalan dibagi kedalam klas-klas jalan yang penetapannya berdasarkan
fungsi, volume, dan sifat lalulintas yang diharapkan akan menggunakan jalan
yang bersangkutan. Klasifikasi jalan menurut peranan jalan, menurut UU No.
1/1980 (tentang jalan) pasal 4 dapat dibedakan menjadi 3 kalas yaitu jalan
arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal.
Faktor yang dapat
mempengaruhi keterlintasan jalan adalah faktor geomorfologi yang tercakup dalam
dua aspek yaitu morfologi dan morfodinamik, geologi, tanah, dan hidrologi. Metode yang digunakan dalam evaluasi
keterlintasan jalan kali ini adalah metode pengharkatan yang dilakukan dengan
cara menilaimasing-masing parameter keterlintasan jalan. Cara penilaian
tersebut didasarkan pada kriteria tertentu, yaitu sudut lereng (%), bentuk
lereng, panjang lereng (m), pelapukan batuan, erosi, gerak masa batuan,
kekuatan batuan, kemiringan lapisan batuan, kelompok tanah, daya dukung tanah,
permeabilitas tanah (m/detik), kembang kerut tanah, ketebalan regolit, draenase
tanah, jarak antar sungai, banjir/genangan, dan kedalaman muka air tanah.
Dari segi fisik
perencanaan jalan akan memperhatikan beberapa aspek fisik yang meliputi
beberapa karakteristik medan yaitu topografi, proses geomorfologi, batuan,
tanah, kerapatan aliran, dan penggunaan lahan.
IV. LANGKAH KERJA
1.
Menentukan lokasi objek penelitian
2.
Pengumpulan
data kualitatif dan kuantitaf objek dengan melaksanakan
observasi,
uji
laboratorium dan pengukuran
di lapangan
untuk mengumpulkan data primer.
3.
Data primer
yang telah terkumpul kemudian ditentukan parameter
klasifikasi kesesuaian lahan untuk
keterlintasan jalan didasarkan
kepada kriteria
yang standar.
4.
Identifikasi
kelas untuk penyesuaian lahan keterlintasan jalan berdasarkan tabel kelas
kesesuaian lahan keterlintasan jalan
5.
Berdasarkan pada parameter
kelas kesesuaian lahan
pada masing-masing
satuan lahan
untuk keterlintasan tersebut maka dapat dilakukan evaluasi kesesuaian
lahan.
VI.
PEMBAHASAN
Perencanaan jalan sangat
diperlukan dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi suatu wilayah untuk
mningkatkan kesejahteraan manusia. Dalam konteks pembangunan wilayah jalan
termasuk bagian utama yang perlu dievaluasi agar segala aktivitas kehidupan
yang meliputi pertanian, kehutanan, peternakan, perdagangan, perkebunan,
pemerintahan dapat berjalan lancer.
Untuk keperluan evaluasi
keterlintasan jalan diperlukan data dan informasi tentang faktor-faktor
keterlintasan jalan. Data dan informasi diperoleh dari hasil kerja survey
keterlintasan jalan. Disamping data dan informasi tentang faktor-faktor
keterlintasan jalan yang diperoleh dari hasil survey, maka untuk
mengevaluasinya menggunakan metode dan teknik tertentu. Ada empat faktor yang
mempengaruhi keterlintasan jalan pada suatu satuan medan tertentu. Keempat
factor yang mempengaruhi keterlintasan jalan itu adalah geomorfologi, geologi,
tanah, dan hidrologi.
Pada praktikum evaluasi
kesesuaian lahan untuk keterlintasan jalan ini yaitu praktikum dilakukan di daerah
Pakis, Kabupaten Malang dengan metode yang digunakan dalam
evaluasi keterlintasan jalan kali ini adalah metode pengharkatan yang dilakukan
dengan cara menilai masing-masing parameter keterlintasan jalan. Cara penilaian tersebut
didasarkan pada kriteria tertentu, yaitu sudut lereng (%), bentuk lereng,
panjang lereng (m), pelapukan batuan, erosi, gerak masa batuan, kekuatan
batuan, kemiringan lapisan batuan, kelompok tanah, daya dukung tanah,
permeabilitas tanah (m/detik), kembang kerut tanah, ketebalan regolith, draenase tanah, jarak
antar sungai, banjir/genangan, dan kedalaman muka air tanah.
Setelah mengetahui parameter fisik
lahan yang akan dirisalah di lapangan dan keterkaitan antar paramater tersebut,
langkah berikutnya adalah menetapkan langkah-langkah yang diperlukan bagi
pelaksanaan identifikasi dan penilaian parameter fisik lahan tersebut di
lapangan. Proses identifikasi dan penilaian parameter fisik lahan tersebut
disebut evaluasi lahan. Dengan demikian evaluasi lahan dapat dilakukan melalui
inventarisasi sumber daya lahan di setiap unit lahan yang telah dibatasi pada
tahap pembatasan unit lahan. Dalam pelaksanaan evaluasi lahan sangat
membutuhkan penafsiran atau interpretasi foto udara. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan
tentang medan yang akan di survei dan latar belakang pengetahuan tentang
parameter yang akan diidentifikasi di foto udara
Pada lokasi
penelitian yaitu di Pakis, Kabupaten Malang, wilayah tersebut merupakan
sebagian besar lahan hijau pertanian dan pemukiman. Wilayah ini memiliki
topografi atau betuk lerengnya yang relative datar atau rata, karena sudut
lerengnya hanya 3%, kemudian panjang lerengnya lebih dari 500, erosi pada
wilayah ini ringan. Untuk pelapukan batuannya lapuk kuat, kekuatan batuan yaitu
kuat, tidak memiliki gerak massa batuan, dan kemiringan lapisan batuannya yaitu struktur perlapisan
batuan horizontal pada lahan yang datar. Kelompok tanahnya yaitu OL, daya dukung tanahnya sebesar 1,25 – 1,74 dan
pemeabilitas sebesar 10-7 – 10-9. Nilai cole tinggi, serta ketebalan regolith
lebih dari 200 m. Memiliki drainase tanah yang sedang. Jarak antar sungainya
sejauh 100-1000 m. pada wilayah ini jarang terjadi banjir, terlanda banjir lebih dari sekali dalam 5 tahun.
Keadaan muka air tanah sedalam 250 m. Dari hasil yang didapat dilapangan, dan
hasil pengharkatan didapat total harkat yaitu sebesar 52, sehingga pada wilayah
ini dengan keadaan lapangan seperti itu, dapat disimpulkan bahwa wilayah ini
sangat baik untuk keterlintasan jalan.
Dari segi fisik
perencanaan jalan akan memperhatikan beberapa aspek fisik yang meliputi
beberapa karakteristik medan yaitu topografi, proses geomorfologi, batuan,
tanah, kerapatan aliran, dan penggunaan lahan. Terapan ilmu geomorfologi untuk evaluasi keterlintasan jalan terutama
dalam menentukan tingkat kemampuan medan dan menganalisis factor penghambat
yang dominan. Studi satuan medan geomorfologikal yang mendasarkan pada kerangka
klasifikasi satuan bentuk lahan menurut ganesanya, kelas relief dan litologi
dapat merupakan suatu model pendekatan evaluasi berdasarkan pada pendekatan
evaluasi medan untuk keterlintasan jalan. Dengan melakukan survey berdasarkan
pada pendekatan tersebut diperoleh keterkaitan karakterisitik medan yang
berpengaruh pada jalan yang akan dan atau sudah dibangun.
Evaluasi medan untuk keterlintasan jalan merupakan salah satu terapan
ilmu geomorfologi yang proses evaluasinya dilakukan terhadap aspek-aspek fisik
saja. Masukan data yang diperlukan tergantung pada tujuan dan skala serta
kondisi medan yang akan disurvey untuk keterlintasan jalan. Dengan demikian
perlu ditentukan relevansi karakteristik jalan. Cara mengevaluasi dapat
dilakukan dengan cara parametric atau pembandingan (matching) antara kualitas
medan dengan persyaratan jalakn yang direncanakan akan dibangun.
Dalam merencanakan lintas jalan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Jalan utama atau jalan besar sebaiknya
diusahakan lurus
b. Kelokan dan kemiringan jalan diusahakan seminium
mungkin
c. Bila ada percabangan jalan diusahakan supaya
terlihat dari kejauhan
d. Di daerah kota lokasi jalan didekatkan dengan
tempat parker
e. Di daerah pedesaan lintas jalan di daerah
pertanian diusahakan seminimal mungkin
f. Hindarkan kerusakan oleh kemungkinan aktivitas
manusia
g. Bila memotong jalan kereta api usahakan jalan
besar melintasi diatas rel
h. Perhatikan lintas jalan yang menyebrangi sungai
i. Jauhi penempatan jembatan pada kelokan jalan
besar
j. Perhatikan longsoran di daerah perbukitan
k. Perhatikan permasalahan drainase permukaan,
banjir, genangan
l. Dekatkan lokasi jalan dengan sumber material
kontruksi
m. Perhatikan karakteristik batuan dan tanah yang
dilewati
VII.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum evaluasi
kesesuaian lahan untuk keterlintasan jalan ini yaitu praktikum dilakukan di
daerah Pakis, Kabupaten Malang dapat disimpulkan bahwa evaluasi kesesuaian
lahan untuk keterlintasan jalan ini yaitu praktikum dilakukan dengan metode yang digunakan dalam evaluasi keterlintasan jalan kali ini adalah
metode pengharkatan yang dilakukan dengan cara menilai masing-masing parameter
keterlintasan jalan. Cara penilaian tersebut didasarkan pada kriteria tertentu,
yaitu sudut lereng (%), bentuk lereng, panjang lereng (m), pelapukan batuan,
erosi, gerak masa batuan, kekuatan batuan, kemiringan lapisan batuan, kelompok
tanah, daya dukung tanah, permeabilitas tanah (m/detik), kembang kerut tanah,
ketebalan regolith, draenase tanah, jarak antar sungai, banjir/genangan, dan kedalaman
muka air tanah.
Dari hasil yang didapat
dilapangan, dan hasil pengharkatan didapat total harkat yaitu sebesar 52,
sehingga pada wilayah ini dengan keadaan lapangan seperti itu, dapat
disimpulkan bahwa wilayah ini sangat baik untuk keterlintasan jalan.
VIII.
DAFTAR RUJUKAN
Panitia Kursus ESL Angkatan 1. 1991. Kursus
Evaluasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada.