Thailand saat ini merupakan negara pengekspor terbesar produk pertanian dunia. Ekonomi Thailand bergantung pada ekspor, dengan nilai ekspor sekitar 60% PDB, dan dari sekitar 60 % dari seluruh angkatan kerja Thailand dipekerjakan di bidang pertanian. Disamping Thailand menjadi eksportir besar di pasar dunia, komoditi pertanian yang dihasilkan adalah beras dengan kualitas super, tapioka, karet, biji-bijian, gula, ikan dan produk perikanan lainnya, serta ekspor makanan jadi. Thailand saat ini sudah unggul dalam produk pertanian dengan status eksportir atau produsen terbesar dunia untuk beras, gula, karet, bunga potong, bibit tanaman, palmoil, tapioka, buah-buahan dan lainnya. Hal ini karena perhatian pemerintah Thailand dalam meningkatkan pendapatan bagi petani disana relatif tinggi, dan tentunya didukung model atau sistem pertanian yang baik. Sehingga nantinya akan menghasilkan kualitas pangan yang sangat baik. Itu sebabnya, negara mengelola sektor ini secara sangat serius, bahkan didukung riset dan rekayasa teknologi dengan melibatkan para ahli dan pakar dunia. Melalui hasil riset dan rekayasa teknologi ini Pemerintah Thailand telah mengambil kebijakan untuk mengembangkan satu produk pada satu wilayah (one village one commodity) dengan memperhatikan aspek keterkaitan dengan sektor lain (back word and forward linkage), skala ekonomi dan hubungannya dengan outlet (pelabuhan). Akibatnya, tumbuh cluster-cluster (kelompok-kelompok) bisnis, sehingga masing-masing wilayah memiliki kekhasan sesuai dengan potensi wilayahnya.
Pemerintah Thailand juga memproteksi produk pertanian dengan memberikan insentif dan subsidi kepada petani. Kebijakan ini telah mendorong masyarakat memanfaatkan lahan kosong dan tak produktif untuk ditanami dengan tanaman yang berprospek ekspor. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan jaminan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain. Selain itu di Thailand juga menggunakan model pertanian Hidroponik untuk meminimalisir penggunaan tanah. Karena, disana kualitas dan kuantitas tanah kurang memadai. Makalah ini membahas tentang pertanian di Thailand, sistem dan model pertanian di negara Thailand serta masalah pertanian di Thailand.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem dan model pertanian di negara Thailand?
2. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Thailand?
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sistem dan model pertanian di negara Thailand.
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Thailand?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pertanian di Thailand
1. Isu pokok
Thailand merupakan negara yang memiliki sistem pertanian yang baik di dunia. Pada negara ini sistem penyuluhan dibenahi, sarana produksi dan permodalan disediakan, infrastruktur dibangun dengan kualitas prima. Bahkan, untuk menjangkau pasar internasional, standar yang dipakai di negara pengimpor diterapkan di petani. Setiap petani yang akan mengekspor produknya harus menjalankan dua standar, yaitu GAP (good agricultural practices) dan GMP (good manufacturing practices). Jika petani telah menjalankan, pemerintahlah yang membayar sertifikasinya. Di saat pertanian menjadi perhatian dunia, Thailand merumuskan isu pokok yang harus dipecahkan. Tiga hal yang menjadi isu pokok sat ini adalah:
a. Ekspor padi
Ekspor padi menjadi perhatian utama karena merekalah saat ini yang menjadi negara pengekspor beras terbesar. Ada wacana untuk membentuk persatuan negara pengekspor padi, semacam OPEC untuk minyak bumi, di mana Thailand menjadi pelopornya. Namun setelah membahasnya, mereka lebih suka untuk menjamin negara-negara tetangga supaya bisa mendapatkan ‘harga kawan’. Alasannya, jika negara-negara tetangga aman dari krisis pangan, maka suasana regional akan ten ang dan kondusif untuk pertumbuhan. Artinya, beras bisa tetap dijual, sementara pemasaran produk lainnya seperti buah dan sayur bisa tetap lancar.
b. Penataan wilayah pertanian
Penataan wilayah, atau lebih lazim disebut zoning dalam ilmu pertanian, dimaksudkan untuk mengefektifkan pelayanan dan menekan biaya prosesing dan distribusi. Jika produk bisa dihasilkan di pusat-pusat produksi, maka pelayanan menjadi lebih efisien. Misalnya di wilayah tersebut bisa didirikan pusat penelitian yang bisa langsung merespon kebutuhan petaninya, daripada kalau pusat penelitian tersebut terpusat. Para petugas penyuluh juga bisa dilatih sesuai dengan produk unggulan di wilayah tersebut, sehingga mereka bisa membantu petani dengan cara yang lebih cermat. Bandingkan dengan penyuluh kita yang tahu sedikit tentang banyak hal. Pusat produksi juga memudahkan untuk prosesing dan pengangkutan.
c. Kompetisi penanaman padi dan tanaman karet/sawit
Mengingat bahwa bukan hanya padi yang saat ini mahal, tetapi juga produk pertanian yang bisa dipakai untuk membuat biofuel, seperti ubi kayu dan sawit, serta produk karet alam, maka keinginan petani Thailand untuk menanam produk ini juga sangat tinggi. Namun untuk menjaga keunggulan Thailand sebagai produsen padi, maka penanaman kelapa sawit dan karet dilakukan secara hati-hati. Mereka memilih untuk tidak mengkonversi lahan padi menjadi lahan sawit dan karet. Mereka juga tidak mengkonversi hutan menjadi perkebunan kedua jenis tanaman ini. Mereka memakai lahan-lahan yang kurang subur untuk ditanami kedua jenis tanaman ini, khususnya karet. Kelapa sawit tidak terlalu ditekankan karena mereka merasa tidak akan mampu bersaing dengan Malaysia dan Indonesia yang punya Kalimantan.
2. Penanaman Sayur dan buah
Thailand adalah negara yang paling serius di kawasan Asia Tenggara dalam menangani buah dan sayur. Thailand adalah negara pengekspor babycorn terbesar kedua di dunia. Mereka juga pengekspor asparagus. Durian mereka menyerbu supermarket Jepang, China, Taiwan dan juga Indonesia. Bukan saja produk segar, mereka juga mengekspor buah kering dan sayur dalam kaleng. Selain itu mereka juga membanjiri dunia dengan produk juice berbagai buah dan sayur. Hal ini dikarenakan Peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara menyediakan dukungan penelitian, pelatihan dan sarana produksi bahkan Bank Of Agriculture yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara juga menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi. Belanja negara untuk pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian. Jalan dan pasar induk dibangun dan dikelola dengan profesional.
Peran sektor bisnis juga tak boleh dilupakan. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan agunan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain.
Salah satu contoh perusahaan yang berperan dalam pertanian adalah Swift Company. Perusahaan asli Thailand ini adalah perusahaan pengekspor buah dan sayur premium ke pasar Eropa. Mereka melakukan kontrak dengan petani. Mereka menjamin harga hampir 10 kali lebih tinggi dari harga pasar. Untuk menekan biaya, mereka melakukan sorting dan grading sejak dari lahan petani. Sehingga ketika produk sampai di gudang perusahaan, hampir tidak ada lagi yang dibuang. Tinggal mengepak dan mengirimkannya ke Eropa dengan pesawat. Pagi dipanen di lahan petani, pagi berikutnya sudah terjaja di konter supermarket di London dan kota-kota besar lainnya di Eropa.
Jika terjadi kegagalan karena alam, perusahaan ikut bertanggung jawab. Sayur mayur dan buah-buahan juga banyak yang tidak dibiakkan di atas lahan tanah, tetapi dengan sistem hidroponik. Tanaman ditancapkan di atas gabus atau styrofoam yang diletakkan mengambang di atas air. Pupuk untuk nutrisi tanaman dilarutkan dalam air. Selain tak membutuhkan lahan tanah luas, sistem tersebut juga bisa menghasilkan produk organik yang lebih sehat. Petani juga sangat menjaga agar produk kami benar-benar organik, tanpa pestisida. Jika ada banyak ulat, mereka akan membuka jaring penutup tanaman. Selanjutnya burung-burung yang berdatangan memakan ulat-ulat tersebut.
Pemerintah Thailand juga memproteksi produk pertanian dengan memberikan insentif dan subsidi kepada petani. Kebijakan ini telah mendorong masyarakat memanfaatkan lahan kosong dan tak produktif untuk ditanami dengan tanaman yang berprospek ekspor. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan jaminan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain. Selain itu di Thailand juga menggunakan model pertanian Hidroponik untuk meminimalisir penggunaan tanah. Karena, disana kualitas dan kuantitas tanah kurang memadai. Makalah ini membahas tentang pertanian di Thailand, sistem dan model pertanian di negara Thailand serta masalah pertanian di Thailand.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem dan model pertanian di negara Thailand?
2. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Thailand?
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sistem dan model pertanian di negara Thailand.
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Thailand?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pertanian di Thailand
1. Isu pokok
Thailand merupakan negara yang memiliki sistem pertanian yang baik di dunia. Pada negara ini sistem penyuluhan dibenahi, sarana produksi dan permodalan disediakan, infrastruktur dibangun dengan kualitas prima. Bahkan, untuk menjangkau pasar internasional, standar yang dipakai di negara pengimpor diterapkan di petani. Setiap petani yang akan mengekspor produknya harus menjalankan dua standar, yaitu GAP (good agricultural practices) dan GMP (good manufacturing practices). Jika petani telah menjalankan, pemerintahlah yang membayar sertifikasinya. Di saat pertanian menjadi perhatian dunia, Thailand merumuskan isu pokok yang harus dipecahkan. Tiga hal yang menjadi isu pokok sat ini adalah:
a. Ekspor padi
Ekspor padi menjadi perhatian utama karena merekalah saat ini yang menjadi negara pengekspor beras terbesar. Ada wacana untuk membentuk persatuan negara pengekspor padi, semacam OPEC untuk minyak bumi, di mana Thailand menjadi pelopornya. Namun setelah membahasnya, mereka lebih suka untuk menjamin negara-negara tetangga supaya bisa mendapatkan ‘harga kawan’. Alasannya, jika negara-negara tetangga aman dari krisis pangan, maka suasana regional akan ten ang dan kondusif untuk pertumbuhan. Artinya, beras bisa tetap dijual, sementara pemasaran produk lainnya seperti buah dan sayur bisa tetap lancar.
b. Penataan wilayah pertanian
Penataan wilayah, atau lebih lazim disebut zoning dalam ilmu pertanian, dimaksudkan untuk mengefektifkan pelayanan dan menekan biaya prosesing dan distribusi. Jika produk bisa dihasilkan di pusat-pusat produksi, maka pelayanan menjadi lebih efisien. Misalnya di wilayah tersebut bisa didirikan pusat penelitian yang bisa langsung merespon kebutuhan petaninya, daripada kalau pusat penelitian tersebut terpusat. Para petugas penyuluh juga bisa dilatih sesuai dengan produk unggulan di wilayah tersebut, sehingga mereka bisa membantu petani dengan cara yang lebih cermat. Bandingkan dengan penyuluh kita yang tahu sedikit tentang banyak hal. Pusat produksi juga memudahkan untuk prosesing dan pengangkutan.
c. Kompetisi penanaman padi dan tanaman karet/sawit
Mengingat bahwa bukan hanya padi yang saat ini mahal, tetapi juga produk pertanian yang bisa dipakai untuk membuat biofuel, seperti ubi kayu dan sawit, serta produk karet alam, maka keinginan petani Thailand untuk menanam produk ini juga sangat tinggi. Namun untuk menjaga keunggulan Thailand sebagai produsen padi, maka penanaman kelapa sawit dan karet dilakukan secara hati-hati. Mereka memilih untuk tidak mengkonversi lahan padi menjadi lahan sawit dan karet. Mereka juga tidak mengkonversi hutan menjadi perkebunan kedua jenis tanaman ini. Mereka memakai lahan-lahan yang kurang subur untuk ditanami kedua jenis tanaman ini, khususnya karet. Kelapa sawit tidak terlalu ditekankan karena mereka merasa tidak akan mampu bersaing dengan Malaysia dan Indonesia yang punya Kalimantan.
2. Penanaman Sayur dan buah
Thailand adalah negara yang paling serius di kawasan Asia Tenggara dalam menangani buah dan sayur. Thailand adalah negara pengekspor babycorn terbesar kedua di dunia. Mereka juga pengekspor asparagus. Durian mereka menyerbu supermarket Jepang, China, Taiwan dan juga Indonesia. Bukan saja produk segar, mereka juga mengekspor buah kering dan sayur dalam kaleng. Selain itu mereka juga membanjiri dunia dengan produk juice berbagai buah dan sayur. Hal ini dikarenakan Peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara menyediakan dukungan penelitian, pelatihan dan sarana produksi bahkan Bank Of Agriculture yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara juga menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi. Belanja negara untuk pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian. Jalan dan pasar induk dibangun dan dikelola dengan profesional.
Peran sektor bisnis juga tak boleh dilupakan. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan agunan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain.
Salah satu contoh perusahaan yang berperan dalam pertanian adalah Swift Company. Perusahaan asli Thailand ini adalah perusahaan pengekspor buah dan sayur premium ke pasar Eropa. Mereka melakukan kontrak dengan petani. Mereka menjamin harga hampir 10 kali lebih tinggi dari harga pasar. Untuk menekan biaya, mereka melakukan sorting dan grading sejak dari lahan petani. Sehingga ketika produk sampai di gudang perusahaan, hampir tidak ada lagi yang dibuang. Tinggal mengepak dan mengirimkannya ke Eropa dengan pesawat. Pagi dipanen di lahan petani, pagi berikutnya sudah terjaja di konter supermarket di London dan kota-kota besar lainnya di Eropa.
Jika terjadi kegagalan karena alam, perusahaan ikut bertanggung jawab. Sayur mayur dan buah-buahan juga banyak yang tidak dibiakkan di atas lahan tanah, tetapi dengan sistem hidroponik. Tanaman ditancapkan di atas gabus atau styrofoam yang diletakkan mengambang di atas air. Pupuk untuk nutrisi tanaman dilarutkan dalam air. Selain tak membutuhkan lahan tanah luas, sistem tersebut juga bisa menghasilkan produk organik yang lebih sehat. Petani juga sangat menjaga agar produk kami benar-benar organik, tanpa pestisida. Jika ada banyak ulat, mereka akan membuka jaring penutup tanaman. Selanjutnya burung-burung yang berdatangan memakan ulat-ulat tersebut.
3. Perekat Bangsa Thailand
Salah satu keberhasilan sistem politik yang mempersatukan bangsa Thailand adalah membangun perekat diantara 62 juta penduduk bangsa ini, diantaranya adalah keseragaman bahasa, agama Budha, pola hidup, dan fungsi raja. Walaupun terdapat konflik di wilayah selatan, namun praktis tidak ada potensi lain yang dapat memecah persatuan diantara rakyat Thailand. Bahasa Thailand dengan aksara cacingnya memiliki akar sansekerta dengan pengaruh China dan perkembangan bahasa lokal yang berevolusi sepanjang sejarah Thailand. Semua penduduk menggunakan bahasa yang sama dan aksara sama sehingga mampu menjadi suatu ciri khusus dan jatidiri yang mempersatu bangsa Thailand. Laos merupakan negara tetangga satu-satunya yang juga memiliki bahasa yang nyaris sama dengan Thailand.
Agama Budha yang dianut oleh sebagian besar rakyat Thailand dengan segala tuntunan hidup maupun filosofinya dihayati benar oleh penduduk dan dilaksanakan di dalam kegiatan hidup sehari-hari termasuk dalam sendi-sendi ketatanegaraan sehingga menjadi tuntunan dan perekat penting bagi bangsa dan negara ini. Tiga propinsi paling selatan yang banyak penganut Islam menjadi kaum marjinal yang merasa terpinggirkan sehingga menimbulkan friksi politik sebagai satu-satunya masalah yang potensial memecah persatuan Thailand. Raja Bumipol Aduljadej memerintah secara bijaksana selama puluhan tahun dan sangat dicintai oleh rakyatnya bahkan dipuja bagai setengah dewa. Belum pernah sepanjang sejarah pemerintahannya terjadi oposisi terhadap kekuasaannya. Perdana Menteri boleh berganti setiap tahun, baik karena kudeta maupun tidak, namun begitu diterima dan direstui oleh raja, maka segala gejolak politik langsung teredam. Fungsi raja inilah yang membuat negeri ini jauh dari gejolak politik. Raja selalu menjadi stabilizing factor dan tidak pernah terjadi kevakuman karena keberadaannya.
Dengan perekat bahasa, agama dan raja, bangsa Thailand mampu mengatasi segala persoalan negara karena homogenitas telah mempermudah rantai komando, menyederhanakan persatuan dan kesatuan. Dengan kondisi seperti ini segala masalah seperti yang terjadi belum lama ini yaitu krisis moneter 1997 mampu dengan cepat dapat diatasi dan tidak terjadi krisis multidemensi seperti di Indonesia. Faktor lain yang menjadi pendorong penting bagi kesatuan dan persatuan bangsa dan stabilitas nasional adalah kesadaran pihak militer untuk kembali ke barak dan tidak ikut campur lagi dengan urusan politik praktis seperti sebelum dasawarsa 1990an dimana dalam setahun bisa terjadi beberapa kali kudeta. Dengan faktor perekat tersebut stabilitas politik dapat dipertahankan dan target-target ekonomi dapat dicapai sehingga pertumbuhan kesejahteraan penduduk dapat terus di pertahankan.
4. Keunggulan Faktor Input Pertanian
Keunggulan produk pertanian Thailand merupakan hasil perjuangan yang menyeluruh dari para tokoh dan rakyat Thailand selama ratusan tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi cerita sukses Thailand, namun bila dikaji dari sisi input sejumlah faktor berikut memberikan kontribusi yang signifikan.
5. Sistem pemilikan tanah pemicu keunggulan Thailand
Negeri gajah putih ini memiliki tanah hanya sebesar pulau Sumatera, itupun tidak semuanya subur. Lahan pertanian yang menghasilkan padi mutu tinggi dengan tingkat kesuburan memadai hanya wilayah disekitar ibukota Bangkok. Lahan ini juga dialiri oleh banyak kanal dan irigasi teknis. Lahan sisanya hanya tanah berkapur dan bercadas yang kurang subur, namun mampu menghasilkan karet dan cassava terbesar di dunia. Bangsa yang ulet ditempa kerasnya alam ini justru sukses melakukan budidaya pertanian yang pada gilirannya meneruskan cerita sukses kepada sektor industri yang mengolah hasil pertanian.
Lahan pertanian yang terbatas ini dikelola dengan baik oleh sistem kepemilikan tanah dan pemanfaatan yang efisien. Hampir seluruh lahan pertanian Thailand berukuran besar sebagai unit produksi yang memenuhi skala ekonomi. Apabila dilihat dari dalam pesawat udara yang akan mendarat akan terlihat hamparan lahan pertanian yang luas dengan batas-batas kasat mata dan praktis rata tanpa perbukitan. Sistem kepemilikan tanah, lahan yang rata dan hak waris menciptakan lahan luas sehingga efisien dalam mekanisasi pertanian yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas lahan. Hak waris dilaksanakan dengan pembagian saham dan dikelola oleh salah satu anggota keluarga dengan digaji dan labanya dibagikan sebagai dividen para ahli waris. Bandingkan dengan Indonesia yang lahannya rata-rata 0,2 hektar dengan petak pematang sempit dan terasering seperti anak tangga. Lahan dengan geografi seperti Indonesia sedap dipandang mata namun hampir tidak mungkin dikelola dengan mekanisasi pertanian yang efisien. Lahan luas dan rata seperti di Thailand memungkinkan traktor pengolah tanah, mesin penyemai bibit, mesin penebar pupuk dan mesin pemetik hasil tanaman, dapat bekerja dengan efisien.
6. Air sebagai sumber kehidupan
Salah satu kepercayaan agama Budha yang banyak diterapkan rakyat Thailand adalah bahwa air merupakan sumber kehidupan manusia. Apabila manusia menginginkan hidup yang sehat dan sejahtera maka peliharalah sumber air. Pemahaman ini dihayati benar dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga ada anggapan bahwa apabila ada sampah atau kotoran lain di sungai, danau atau laut, maka akan dituding sebagai perbuatan para turis yang memang banyak di Thailand, suatu indikator sukses lainnya di bidang pariwisata. Air benar-benar merasuki setiap penduduk Thailand, tiada bangunan tanpa hiasan air mancur, kolam ikan atau air hiasan lainnya, tiada rumah tanpa suara kricik-kricik air. Hari raya tahun baru Thailand, Songkran, dimeriahkan setiap tahun oleh meriahnya pesta air berupa perang siram siraman air di jalan yang sangat digemari para turis. Setahun sekali dirayakan pula ritual penebusan dosa kepada sumber air dengan melabuh lampion di malam hari di sungai, laut, danau. Masyarakat tetap merasa bersalah telah mengotori sumber air secara tidak sengaja, meskipun telah berupaya keras menjaganya, sehingga merasa perlu untuk menebus dosa.
Dengan kepercayaan seperti mendewakan air dimanapun komunitas Thailand berada, tidak mengherankan apabila ketersediaan air untuk keperluan pertanian hampir tanpa masalah kekeringan, kebanjiran, polusi, intrusi air laut, tercemar bahan racun dan sejenisnya. Apabila hal itupun terjadi maka yang dipersalahkan adalah turis, perusahaan asing, bencana alam El Nino dan sejenisnya. Sumber air yang tidak ada habisnya datang dari dua sungai besar, Mekong di utara dan Chaopraya di selatan, dialirkan ke sistem kanal dan irigasi di sekeliling lahan pertanian. Kota Bangkok yang pada sejumlah tempat lebih rendah dari permukaan laut dilindungi dari banjir oleh 200 sistem pompa raksasa dan banjir kanal sekaligus bersinergi dengan irigasi lahan padi sehingga meningkatkan efisiensi pemanfaatan air yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas lahan pertanian
7. Semua bibit unggul
Teknologi budidaya tanaman dikuasai bangsa ini sejak lama. Tidak kurang dari program raja, program pemerintah, program universitas, dan program swasta melakukan sinergi maupun berusaha sendiri-sendiri memproduksi bibit unggul. Agro bisnis dan agro industri telah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menciptakan insentif bagi para pelaku produsen bibit unggul sehingga berlomba-lomba melakukan riset untuk memproduksi bibit yang lebih produktif dan efisien. Sektor pertanianpun mampu menyerap bibit unggul yang dihasilkan dan menciptakan sinergi yang saling menguntungkan bersama dengan para pelaku agro bisnis lainnya.
Kebijakan budidaya tanaman pertanian Thailand pada umumnya memfokuskan hanya kepada sedikit jenis spesies bibit unggul. Apabila sudah didapat bibit unggul yang diinginkan, maka spesies lain tidak diperkenankan untuk ditanam sehingga hampir selalu terjadi monokultur tanaman jenis tertentu. Misalnya padi dibatasi hanya 3 spesies, durian 2 spesies, asem jawa manis hanya 1 spesies, sedangkan spesies lain yang tidak diharapkan tidak boleh ditanam dan hanya boleh hidup di kebun-kebun percobaan atau menjadi koleksi lembaga riset. Pola monokultur ini memberikan keseragaman output, memudahkan penanganan pasca panen, meningkatkan daya saing ekspor dan mengendalikan penyakit tanaman.
8. Pasar jasa pertanian yang saling menghidupi
Kalau kita bepergian dengan mobil kearah pinggiran kota Bangkok, segera saja akan terlihat banyaknya mesin-mesin olah pertanian yang di parkir menanti penyewa di perusahaan rental peralatan mekanisasi pertanian. Perusahaan rental ini banyak berlokasi di pinggir jalan-jalan utama di batas kota Bangkok dengan daerah pedesaan. Pemandangan ini akan lebih ramai lagi apabila masa-masa sibuk seperti musim tanam, musim olah tanah, atau musim panen sudah lewat.
Lahan pertanian luas setiap unitnya dan geografis tanah Thailand yang rata memerlukan berbagai jenis peralatan mekanisasi pertanian, dari traktor pengolah tanah, bulldozer, backhoe, pembuat parit, pompa irigasi, penebar pupuk dan banyak lainnya. Produsen mesin pertanian asal Amerika, Eropa, Jepang terwakili menyemarakkan pasar rental Thailand. Struktur harga sektor pertanian dirasa pas untuk para pelaku dan mampu saling menghidupi. Petani cukup hidup layak dengan harga jual produk pertanian di pasar lokal dan mampu membeli barang-barang input seperti pupuk, obat-obatan, air, bibit unggul, sewa mesin pertanian dan lainnya. Demikian juga para pemilik tanah maupun produk-produk input dapat hidup layak pula. Pasar rental menghadapi iklim kondusif berupa tingkat permintaan yang tinggi dari para petani untuk menyewa peralatan. Indikator penting adalah tetap kompetitifnya harga jual ekspor untuk seluruh produk pertanian Thailand, yang berarti masih ada margin cukup bagi para eksportir yang membeli produk pertanian dari para petani. Secara ringkas berarti ekonomi Thailand berlangsung secara efisien dan dalam koridor mekanisme pasar.
9. Pupuk NPK lokal dengan bahan impor
Suatu ironi pada negeri gajah putih ini, dimana pada satu sisi merupakan negeri pertanian unggulan namun pada sisi lain sangat tergantung pada pupuk impor terutama urea dan ammonium nitrat. Pupuk impor kemudian diblending dengan bahan pupuk lokal Kalium menjadi pupuk NPK untuk kemudian dimonopoli oleh BUMN dan didistribusikan secara nasional. Dengan cara ini Thailand mendapatkan bahan baku pupuk secara efisien (tender internasional) dan mengamankan pupuk nasional dari sisi harga, mutu maupun jumlahnya. Sejauh ini kebijakan pupuk Thailand cukup efektif diserap petani, digunakan sesuai dengan target lahan dan digunakan sebagai alat ukur atau memproyeksikan hasil panen.
Pupuk NPK tidak diperkenankan untuk diekspor maupun diimpor untuk menjaga kualitas yang seragam dan mengamankan ketersediaannya pada tingkat petani terutama pada setiap musim tanam. Berbeda dengan dunia pupuk kita yang dimana pupuk bersubsidi tidak sampai ke petani tanaman pangan tapi ke perkebunan kelapa sawit atau diekspor sehingga petani menanam tanpa pupuk atau kurang dari jumlah standard sehingga proyeksi output padi dan tanaman pangan lainnya menjadi bias ditambah carut marut beras impor baik legal maupun selundupan.
10. Etos Kerja, lembur dengan amfitamin
Petani dan pekerja Thailand dikenal memiliki etos kerja yang tangguh mampu bekerja lebih lama dengan produktivitas sama dan tekun dalam melakukan pekerjaan. Bahkan untuk mengejar pendapatan yang lebih banyak, mereka terkadang memaksakan diri dengan mengkonsumsi amfitamin yang dampaknya membuat orang tahan kantuk dan lupa kelelahan. Apabila didunia lain orang mengkonsumsi untuk tripping semalam suntuk di diskotik dengan house music yang monoton sampai pagi, di Thailand orang menggunakannya untuk bekerja lembur. Hal yang ingin diungkapkan disini bukan perilaku narkoba tetapi lebih karena perilaku kerja keras petani maupun buruh industri, nelayan, pekerja kasar proyek infrastruktur. Dampak negatif banyak terjadi selepas kerja pada saat mereka dalam perjalanan pulang kerumah. Kelelahan yang diulur dengan obat-obatan mencapai puncak kumulatif ketika mereka di jalan sehingga kurang peka terhadap bahaya lalulintas
11. Keunggulan Keterkaitan Hulu-Hilir Industri Agro
Sukses Thailand di sektor pertanian masih diperpanjang dengan kondisi harmonis antara pasar pertanian dan pasar industri. Kedua sektor dapat saling menghidupi menciptakan sinergi sehingga keduanya mampu mencapai tingkat kinerja bahkan daya saing yang memadai baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Faktor utama yang memberikan kontribusi penting diantaranya aspek distribusi dengan keberadaan pasar agro bisnis yang meliputi mekanisme yang saling menunjang diantara pasar induk, pasar regional, pasar kontrak, pasar lelang, yang bekerja sesuai mekanisme pasar.
Pasar induk Thailand didisain untuk memberikan keleluasaan sepenuhnya bagi para pelaku sektor agro bisnis terutama petani produsen buah, sayur, ternak, ikan dan udang budidaya. Di tempat yang luas ini petani mempunyai banyak pilihan, apakah mau menjual sendiri hasil kebunnya, maka tersedia tempat yang diinginkan. Umumnya petani jenis ini membawa truk atau pickupnya dan menjajakan barang dagangannya ditempat parkir yang disediakan. Apabila petani ingin menjual secara berkelompok, maka tersedia tempat untuk kelompok tani. Apabila petani ingin menjual kepada eksportir juga tersedia tempat bernegosiasi. Pilihan petani tentunya memiliki kondisi yang berbeda-beda tergantung pilihan yang paling menarik bagi setiap individu petani yang bersangkutan, yang menyangkut kuantitas, kualitas, delivery dan persyaratan lain.
Pasar regional sesungguhnya juga pasar induk namun pada tingkat propinsi atau mencakup wilayah beberapa propinsi. Perbedaan pasar induk tingkat nasional dibandingkan tingkat propinsi dibedakan oleh lokasi, produk yang diperdagangkan dan volume transaksi pada pasar tersebut. Pasar regional juga tidak buka setiap hari seperti pasar induk. Pasar lelang merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli produk tertentu dan hari tertentu selama periode panen tertentu. Umumnya hanya berupa tanah lapang luas atau pelataran semen luas untuk tempat parkir para pembeli dan penjual yang umumnya datang dengan truk. Kantor pasar lelang juga hanya buka pada saat lelang berlangsung. Pasar ini juga memiliki jadwal tetap kapan buka dalam periode setahun dan umumnya mencatat harga transaksi dan volume transaksi untuk dilaporkan ke tingkat pusat.
Pasar kontrak merupakan pasar virtual karena tidak memiliki tempat tertentu, namun para petani dapat melakukan kontrak penjualan dengan industri pengolah pertanian. Misalnya petani cabe bisa melakukan kontrak dengan perusahaan produsen sambel botolan, atau pabrik mi instant dan pabrik lainnya yang membutuhkan cabe dalam jumlah banyak. Untuk menjaga agar perusahaan tidak bertindak sepihak sehingga merugikan petani yang lemah posisi tawarnya, maka pemerintah mewajibkan agar kontrak tersebut di tandatangani tiga pihak yaitu penjual pembeli dan seorang saksi pejabat pemerintah. Apabila salah satu pihak penjual atau pembeli merasa dirugikan, maka pemerintah dapat menjadi penengah.
Pasar berjangka juga disediakan pemerintah sebagai sarana penjual, pembeli, dan pedagang untuk mengamankan kepentingannya secara legal. Seperti juga terdapat di Indonesia, pasar berjangka merupakan sarana yang disediakan pemerintah untuk melakukan transaksi bagi para pihak dengan penyerahan barang dikemudian hari namun disebutkan tanggal yang jelas sesuai dengan kesepakatan, kualitas standard dan harga yang mengacu kepada pergerakan harga internasional. Dengan sarana ini para pihak terkait dapat melakukan lindung nilai (hedging) dari transaksinya dimasa depan terhadap risiko gejolak harga yang sukar dideteksi oleh instrumen pasar lainnya. Petani produk pertanian akan terlindungi dari jatuhnya harga jual yang sangat rendah akibat panen yang over supply dan pembeli juga akan terlindungi dari meroketnya harga akibat gagal panen atau gejolak lainnya. Dengan mekanisme ini pihak penjual dan pembeli menghadapi kepastian harga yang predictable dan wajar sehingga menciptakan pasar yang kondusif bagi para pelakunya. Dengan adanya pasar berjangka, pasar kontrak, pasar lelang, pasar induk, pasar regional, maka suplly chain management nasional berlangsung secara efisien dan melindungi semua pelaku di pasar.
12. Pasca Panen, tidak membawa sampah ke kota
Satu lagi keunggulan sistem supply chain management nasional Thailand di sektor agro bisnis maupun industri agro adalah prinsip yang sangat sederhana namun sangat efektif dengan prinsip distribusi yang “tidak membawa sampah” dari lahan pertanian ke kota, sepanjang rantai distribusi, apalagi untuk keperluan ekspor. Jadi setiap pergerakan distribusi produk pertanian selalu hanya membawa produk yang lulus kualitas, keseragaman, kebersihan. Implementasi dari prinsip ini sederhana saja. Para pedagang yang akan membeli misalnya buah jeruk dari petani tertentu, akan menyediakan kemasan dari karton yang sudah lengkap dengan label dan informasi lain tentang isinya, termasuk sekat-sekat dari kotak karton tersebut yang secara otomatis merupakan ukuran buah jeruk yang dapat diterima oleh pedagang jeruk yang bersangkutan. Dengan adanya sekat untuk setiap butir jeruk, maka hanya jeruk yang memenuhi syarat kualitas, ukuran yang seragam dan kebersihan, yang boleh dimasukkan kedalam kotak karton tersebut. Jeruk lainnya ditolak oleh pedagang dan dipasarkan lokal oleh petani tersebut. Dengan cara ini distribusi berjalan sangat efisien, hanya jeruk yang bisa jadi duit saja yang masuk kota besar bahkan dapat langsung diekspor, sedangkan yang apkir dan potensial menjadi sampah dikota, tidak ikut terbawa dan dimanfaatkan dikonsumsi didesa ataupun menjadi pupuk organik.
13. Cara Tanam Padi pada Pertanian di Thailand
Dalam penanaman padi Thailand menggunakan sistem tanam SRI (System of Rice Intensification). Perlu diingat kembali bahwa pola tanam SRI adalah cara bercocok tanam padi dengan prinsip menanam bibit muda, jarak penanaman yang lebar, menanam dengan segera, penanaman secara dangkal, air diatur tidak terus menerus menggenangi sawah, penyiangan gulma secara mekanis, dan aplikasi kompos atau bahan organik walaupun pupuk kimia tidak ‘dilarang’ untuk masih digunakan. Sedangkan sistem organik pengertian singkatnya ditataran praktis adalah penggunaan input-input alami seperti kompos, bakteri pengurai dan pembenah tanah, pupuk organik cair, pestisida hayati dan lainnya sebagai penyubur atau pembenah tanah dan sebagai pengendali hama/penyakit dengan menghindari samasekali bahan kimia buatan, walaupun pengertian lengkapnya mengenai pertanian organik ini lebih kompleks lagi yang harus meliputi perlindungan tanah, kontrol biologis, daur ulang makanan dan keragaman hayati. Dari sisi produktivitas, berdasarkan fakta banyak pihak yang merubah pola tanam padi dari sistem konvensional ke sistem organik mengalami penurunan hasil yang bisa terjadi sampai musim tanam ke 4 atau lebih. Kemudian banyak pihak yang merubah pola tanam padi dari sistem konvensional ke pola tanam SRI mengalami peningkatan hasil langsung pada musim tanam pertamanya. Namun untuk yang merubah pola tanam padi dari sistem konvensional menjadi sistem SRI Organik banyak yang mengalami keberhasilan dan banyak juga yang belum mencapai keberhasilan dalam 2, 3 atau beberapa kali masa tanam di lokasi yang sama. Tentunya fakta-fakta tersebut juga sangat dipengaruhi dengan kondisi tanah, lingkungan dan cuaca atau iklim setempat.
Biasanya pihak-pihak yang mencapai keberhasilan secara produktivitas disaat awal perubahan pola tanam ke SRI Organik ini adalah yang memiliki modal besar baik melalui pelaksanaan secara padat karya maupun mekanisasi atau bisa juga petani kecil yang memiliki motivasi dan keuletan yang tinggi. SRI sesuai dengan kepanjangannya yaitu ‘System of Rice Intensification’ adalah pola tanam padi yang memerlukan pola kerja yang intensif sedangkan saat ini para petani Indonesia dalam mengelola sawahnya dengan sistem konvensional pada umumnya sangatlah tidak intensif, sawah hanya dikunjungi beberapa kali saja yaitu saat menyemai, olah lahan, tanam, penyiangan yang umumnya dua kali, tebar pupuk yang umumnya dua kali juga dan saat panen serta saat penyemprotan pestisida dan herbisida kalau ada serangan hama/gulma. Penggabungan pola tanam SRI dengan sistem organik menjadi pola tanam SRI Organik akan menuntut tingkat keintensifan perawatan padi dan sawah menjadi jauh lebih tinggi lagi. Dengan demikian perubahan pola tanam kepada aplikasi SRI Organik ini tidak hanya merubah cara kerja teknis saja melainkan harus merubah budaya kerja dan budaya berpikir ke arah etos kerja yang tinggi, kritis atau cerdas, ulet atau pantang menyerah, menghargai lingkungan atau makhluk lain dan berpikiran positif atau optimistis. Tentunya perubahan budaya kerja dan budaya berpikir yang menjadi lebih baik ini baik menurut norma umum maupun norma agama konsekuensi logisnya adalah peningkatan kesejahteraan yang didalamnya sudah mencakup peningkatan secara finansial serta peningkatan kualitas hidup dan kesehatan. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh para petani terutama petani kecil atau gurem yang memiliki modal terbatas agar mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi baik secara produktivitas maupun secara finansial ketika pertamakali mengaplikasikan pola tanam SRI Organik selain mengikuti garis besar prosedur penyemaian, penanaman dan perawatan adalah sebagai berikut:
Sebelum mengaplikasikan pola tanam SRI Organik atau ketika masih di pertengahan musim tanam ketika mengaplikasikan sistem konvensional dalam persiapan perubahan pola tanam ke SRI Organik :
- Membuat MOL dengan mempergunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar sawah seperti dari air kelapa, talas atau lainnya.
- Setiap waktu luang dipergunakan untuk mengumpulkan dan menumpukkan bahan-bahan atau limbah organik dalam beberapa kelompok tumpukan di beberapa sudut sawah yang tidak tertanami padi sebagai bahan kompos dan sebaiknya bila memungkinkan dilakukan di tempat yang teduh. Bahan atau limbah organik tersebut dapat berupa jerami yang tersisa, batang pisang yang sudah dipotong-potong, kotoran ternak bila ada di sekitar area pesawahan, daun-daunan dan rumput-rumputan yang dipotong dari area sekitar persawahan yang sekaligus juga untuk membersihkan area tersebut dari rumput-rumputan. Lakukan sebanyak-banyaknya (setinggi-tingginya tumpukan) pengumpulan limbah organik dalam pembuatan kompos ini. Bila sempat dan memungkinkan limbah-limbah tanaman dipotong-potong atau dicacah terlebih dahulu atau bila tidak maka bisa langsung ditumpukkan begitu saja. Tumpukan ini bisa saja dinaungi atau ditutup bagian atasnya saja dengan plastik, karung bekas atau lainnya untuk menghindari terlalu basah karena air hujan atau terlalu kering karena panas matahari sehingga nantinya akan dapat mempercepat proses pengkomposan dengan syarat bila bagian dalam tumpukan ini bila sudah kering harus disiram lagi. Tumpukan ini sebaiknya rutin disiram atau disemprot dengan MOL tetapi jangan sampai terlalu basah dan bila memungkinkan atau sempat dilakukan pembalikan atau pengadukan sekitar seminggu sekali.
- Menanam pohon-pohon kayu dan pohon-pohon berbunga yang berbatang keras di beberapa lokasi pematang sawah yang diatur jangan sampai terlalu menaungi petakan persawahan. Untuk 1 hektar sawah cukup ada 5-10 pohon yang agak tinggi yang jaraknya diatur misalnya gabungan antara pohon kelapa yang berfungsi juga air kelapanya untuk minum petani dan sabutnya untuk bahan pupuk organik cair, pohon kacang babi yang daun/bijinya untuk pestisida organik dan bunganya untuk menarik tabuhan, bunga lamtoro gung atau petai cina yang polongnya bisa untuk lalaban dan daunnya untuk bahan pupuk organik cair, pohon gamal, atau pohon-pohon lainnya yang daunnya tidak lebat dan tidak lebar sehingga tidak terlalu menghalangi sinar matahari. Fungsi penanaman tanaman berbunga seperti lolipop, soka, pagoda, kumis kucing dan lainnya selain beberapa bagian tanamannya berguna sebagai ramuan herbal juga bunganya dapat menarik kedatangan tabuhan dan beberapa jenis predator hama atau serangga penyerbuk lainnya.
- Menanam satu atau dua rumpun pohon tebu untuk sumber gula bahan pembuatan MOL dan beberapa pohon talas untuk sumber tepung bahan pembuatan MOL di pematang sawah atau pinggiran sawah. Satu atau dua kelompok kecil pohon pisang akan baik juga untuk ditanam di pematang sawah selain buahnya bisa dimanfaatkan, batangnya bisa digunakan untuk perangkap keong mas dan bahan pupuk organik cair.
Saat pelaksanaan aplikasi pola tanam SRI Organik :
- Setelah panen untuk memulai aplikasi pola tanam SRI Organik, kompos hasil pembuatan dari limbah organik yang sudah dilakukan sebelumnya ditebarkan ke sawah dan diusahakan secara merata sesuai dengan jumlah kompos dan luas sawah. Sisakan kompos ini secukupnya untuk pembuatan persemaian.
- Jerami tidak dijual apalagi dibakar, bila memiliki ternak sendiri atau ada ternak sapi milik tetangga yang kotoran dan urinenya bisa diminta maka sebagian jerami bisa digunakan untuk pakan ternak sapi dan limbah ternaknya dapat dikumpulkan untuk dikomposkan dan dibuat POC. Bila tidak memilki ternak atau tidak ada ternak sapi di sekitar sawah, seluruh jerami digundukkan di tempat pembuatan kompos sebelumnya untuk nanti digunakan komposnya pada musim tanam berikutnya.
- Saat pengolahan tanah (pencangkulan, pembajakan dan lainnya), air tidak boleh mengalir dengan deras dari satu petakan sawah ke petakan berikutnya dan tidak boleh terlalu banyak/terlalu tinggi dari permukaan tanah atau sebaiknya dibendung untuk menghindari terbuangnya kompos yang sudah ditebarkan di sawah.
- Bila tidak ada lahan kosong atau tidak aman untuk menyimpan drum di sawah, sebagian lahan sawah digunakan untuk membuat beberapa kolam/bak pembuatan POC. Bila kontur sawahnya terasering kolam/bak pembuatan POC ini dibuat di kotakan yang lebih atas dan dekat dengan aliran air yang cukup besar untuk memudahkan pengisian kolam/bak dan penyemprotan POC misalnya penyemprotan dengan menggunakan selang.
- Setelah proses penanaman dan memasuki proses perawatan, pemberian pupuk POC N harus dilakukan dengan intensif terutama untuk masa-masa kritis kahat unsur hara N pada padi usia 40-60 hari setelah semai yang sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam penambahan jumlah anakan. Intensitas dan kuantitas pemberian POC N akan menentukan jumlah anakan dan kesehatan tanaman padi. Padi yang terlihat menguning adalah indikasi kekurangan unsur hara N yang seharusnya dihindari dan tidak sampai terjadi karena akan mengakibatkan padi mudah terserang penyakit. Pemberian POC N selain dapat dilakukan melalui penyemprotan/penyiraman POC N ke tanah dapat juga dilakukan dengan cara di aliran air atau pancuran air pada setiap atau beberapa petakan ‘ditanamkan’ karung yang berisi kotoran ternak atau daun-daunan atau keong yang dikumpulkan atau limbah organik lainnya. Satu hari dari sekitar 4 hari sawah direndam untuk meratakan penyebaran POC N yang ‘ditanam’ ini. Prinsip penanaman POC ini dapat dilakukan juga untuk POC P dan K pada masa perendaman sawah yang dimulai saat padi mulai ‘bunting’ sampai bulir padi berisi. Keberhasilan dalam pemberian unsur hara N ini menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat produktivitas.
- Melakukan penanaman tanaman bunga musiman atau kacang-kacangan yang nantinya juga akan berbunga di pematang sawah seperti bunga matahari, kacang panjang, kecipir dan lainnya atau bahkan sebagian kecil lahan sawah misalnya yang pengaturan airnya sulit, digunakan sebagai ladang untuk tanaman lain ini. Tanaman-tanaman ini tentunya sebaiknya mempunyai nilai ekonomis selain bermanfaat sebagai penarik tabuhan dan predator hama lainnya.
- Penyulaman padi yang mati atau pertumbuhannya kurang baik dilakukan menggunakan padi yang sudah ditanam di sawah baik yang sengaja ditanam di pinggir petakan seperti tanaman utama sebagai cadangan maupun mengambil dari rumpun padi yang ditanam dari 2 atau 3 bibit, tidak menggunakan padi dari penyemaian atau dari kumpulan padi yang terlalu banyak.
- Penyiangan secara mekanis dilakukan sesegera mungkin di lokasi yang sudah muncul gulmanya untuk mencegah secara dini persaingan dalam memperebutkan unsur hara dengan padi. Penyiangan tidak menunggu kemunculan gulma secara merata atau menunggu jadwal penyiangan minimal yang sudah dibuat. Penanganan gulma yang cepat adalah faktor lainnya dalam keberhasilan meningkatkan produktivitas.
Dari paparan tersebut jelas terlihat bahwa petani yang berhasil merubah budaya kerja dan budaya berpikirnya saja yang dapat berhasil dengan cepat dalam mengaplikasikan pola tanam padi SRI Organik, sedangkan petani yang lebih banyak mengupahkan pekerjaannya karena pekerjaan bertaninya hanya merupakan sampingan saja tentu akan memerlukan biaya yang sangat tinggi dalam proses perawatannya untuk mencapai keberhasilan ini. Oleh karenanya keberhasilan pembangkitan motivasi dan kemampuan berpikir para petani melalui pelatihan, demplot, penyuluhan dan bentuk pembinaan lainnya dengan tekun, sabar, telaten dan terarah menjadi dasar keberhasilan penerapan pola tanam SRI Organik secara berkesinambungan, bukan pembangkitan motivasi melalui iming-iming harga beras organik yang lebih bergantung kepada respon pasar apalagi hanya melalui pemberian bantuan pupuk organik. Bagi petani yang memilki lahan cukup luas di atas setengah hektar dapat membagihasilkan sebagian lahannya dengan petani penggarap, atau masih bisa dilakukan sendiri perawatannya dengan cara melakukan proses penanaman secara bertahap berselang dalam beberapa waktu bila lahannya tidak lebih dari dua hektar tentunya bila pasokan airnya memungkinkan atau ada sepanjang musim untuk dilakukan penanaman bertahap.
Untuk petani yang secara bertahap akan merubah pola tanamnya dari sistem konvensional ke pola tanam SRI, kemudian setelah beberapa musim tanam kemudian beralih lagi ke pola tanam SRI Organik tentunya paparan di atas masih dapat diterapkan dengan lebih ringan lagi. Jadi jelas saja dalam penerapan pola tanam SRI Organik ini ada yang langsung berhasil, baru berhasil pada beberapa musim tanam berikutnya atau belum berhasil juga. Hal tersebut sangat tergantung kepada pelakunya bukan karena kesalahan dalam metode tanamnya walaupun tentunya pola tanam SRI Organik ini masih sangat mungkin untuk tetap disempurnakan dan dilengkapi.
B. Masalah yang dihadapi oleh petani di thailand
Masalah yang dihadapi dari thailand telah sama selama bertahun tahun. Persoalan utama yang dihadapi Thailand adalah tanah ( kualitas dan kuantitas ), reformasi agraria, dan paling penting lagi air. Masalah pertama yang mempengaruhi petani adalah tanah: kualitas dan kuantitas. Kualitas tanah telah rusak karena pencemaran sungai. Sungai Chao Phrya dulunya sungai yang sangat bersih tapi sekarang telah menjadi tempat pembuangan untuk segala sesuatu. Kekhawatiran lain adalah jumlah garam dalam tanah. Garam masuk dari sungai dan kemudian ke ladang menghancurkan kemampuan tanah untuk bercocok tanam.
Jumlah lahan juga diperdebatkan. Beberapa petani akan mulai pertanian di sebidang tanah di sebelah area hutan yang tampaknya terbuka. Pemerintah akan datang dan memberitahu petani bahwa tanah itu "pribadi" dan mereka harus pindah. Ternyata menjadi rencana dan tanah itu dijual kepada pengusaha kaya Thailand. Hutan dibersihkan, tetapi pemerintah ditempatkan suatu kondisi di darat. Kondisi itu bahwa para pemilik menanami tanah. Ide pengusaha reboisasi adalah menanam pohon kayu putih. Pohon kayu putih yang cepat tumbuh dan digunakan untuk membuat kertas. Mereka menguntungkan tetapi mereka juga menguras pada tanah unsur hara pada tanah.
Reformasi tanah selalu menjadi diskusi panas antara masyarakat dan pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Pada awal 1990-an Thailand dipimpin oleh Perdana Menteri Chuan Leekpai. Ketika ia datang ke kantor ia memiliki harapan untuk reformasi tanah. Sayangnya, program yang sangat lambat dalam mendapatkan dari tanah dan tanah itu diberikan kepada orang kaya bukannya membantu orang miskin. Rencananya adalah untuk memulai sebuah program yang akan mendistribusikan tanah kepada rakyat. Rencananya adalah untuk memberikan setengah juta hektar kembali ke petani tidak memiliki tanah. Namun programnya gagal dan digunakan terhadap dirinya. Program Leekpai memimpin penyelidikan pemerintah sendiri. Penyelidikan yang digunakan oleh lawan-lawannya untuk menggulingkannya. Baru Perdana Menteri Archa berkuasa pada penyelidikan tersebut. Tanah kehilangan arti pentingnya dan pindah ke belakang, melewati sekitar pemerintah yang berbeda dalam kekuasaan. Para pemimpin pemerintah Thailand menyukai urbanisasi selama pertanian.
Thaksin Shinnawat datang untuk menjadi Perdana Menteri pada tahun 1998. Dia seorang rakyat, ia datang dari mereka dan tidak menjadi orang kaya sebagian besar hidupnya. Shinnawat menggunakan daya tarik untuk menjadi yang terpilih. Protes telah menjadi masalah selama bertahun-tahun dan kecelakaan ekonomi tahun 1997 meningkatkan jumlah tersebut protes. Harga beras naik sehingga petani mampu melakukannya dengan baik untuk sementara waktu. Pada pertengahan 1998 harga turun dan situasi petani menjadi lebih buruk, kemiskinan naik sebesar tiga juta. Dia ingin bantuan pertanian bagi para petani negaranya. Shinnawat pernah memiliki program nyata untuk membuat hal-hal yang lebih baik, sehingga protes memaksanya bekerja untuk mendapatkan program melalui. Dia menempatkan program itu dalam tahun pertama dan 24.000.000 menerima beberapa bantuan utang.
Isu kedua dan yang paling penting dari ketiganya adalah air karena sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Kekhawatiran utama tentang air adalah pembangunan bendungan dan petani membutuhkannya untuk mengairi tanaman mereka. Banyak insinyur di Thailand ingin membangun bendungan untuk menyimpan air dari sungai untuk digunakan di kota-kota. Pembendungan sungai mengambil air dari pasokan yang sudah pendek. Irigasi untuk tanaman yang mengambil dari konsumen selain itu juga sangat berat terhadap kualitas air. Banyak sungai kini sangat tercemar, seperti Sungai Chao Phrya, di sungai terbesar di Thailand. Sungai-sungai juga mendapatkan kandungan garam tinggi, yang setelah waktu membuat tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dari waktu ke waktu.
Semua ini dapat ditemukan dalam sebuah buku, sehingga untuk mendapatkan gambaran nyata dari uji coba tenang petani miskin Thailand, Anda harus pergi ke mereka. Itu sebabnya saya melakukan perjalanan ke wilayah Isan Thailand, di timur laut negara itu. Aku tinggal bersama mereka selama beberapa bulan pada tahun 1998, untuk mendapatkan laporan langsung.
Daerah di Surin termasuk Buriram, Si Saket, dan Ubon Ratchatan. Kondisi di Surin berada di salah satu dari dua spektrum: terlalu panas atau terlalu basah. Ketika kondisi terlalu panas tidak ada tanaman bisa tumbuh di tanah. Ketika kondisi terlalu basah tanah dibanjiri dari jumlah besar hujan.
Juga sebagai petani penggarap jika dia menunggu sangat lama bunga akan bertambah sehingga sangat bahwa akan tak terbayar. Tanah juga di negara miskin di pertanian ayahnya. Penebangan hutan dan garam telah membunuh peternakan di Isan. Beberapa petani menetap di tanah dekat dengan tepi hutan berpikir mereka untuk kepentingan umum. Pemerintah datang dan mengatakan kepada mereka mereka harus pindah karena lahan mereka tempati adalah pribadi. Tanah tersebut akhirnya dijual ke orang kaya bagi mereka untuk digunakan. Pemilik baru membersihkan pohon-pohon yang berada di atas tanah, tapi kondisi hanya pemerintah adalah bahwa mereka menanam pohon. Untuk penghijauan tumbuh pohon kayu putih di tanah, ini adalah pohon-pohon yang cepat tumbuh namun menyedot semua nutrisi dari tanah. Garam meresap ke dalam tanah dari sungai. Ketika garam masuk ke tanah menghancurkan dan membuat tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dari waktu ke waktu. Jadi petani harus menjual lahan mereka karena tidak berharga. Ketika petani menjual peternakan mereka juga harus menjual mereka sangat murah.
Penebangan hutan adalah penyebab lain yang membawanya ke Bangkok. Pertaniannya berada di tepi sebuah peternakan dan dipindahkan dari situ oleh pemerintah, seperti yang dikatakan sebelumnya. Setelah bisnis pembukaan hutan dan penanaman kembali oleh petani kayu putih, retensi air terhambat. Hutan yang diperlukan untuk menyerap air dari curah hujan dan menahannya, ketika dibutuhkan oleh petani atau orang lain untuk digunakan. Tanpa pepohonan air hanya lari dan menghancurkan tanah bahkan lebih.
Selain masalah di atas masalah lain adalah kelangkaan air, kekurangan tenaga kerja, dan pemanfaatan efisien pestisida yang menimbulkan ancaman serius terhadap pemeliharaan keunggulan komparatif dan produktivitas pertanian Thailand. Bahkan produksi dan ekspor yang paling tradisional tanaman, padi Thailand, telah terpengaruh. Yang pasti, sebagai industrialisasi negara terus, pertanian Thailand akhirnya akan dikenakan peningkatan kerugian komparatif. Namun dalam rangka untuk membalikkan tren saat ini meningkatkan ketimpangan antar-sektoral, konsentrasi kemiskinan di daerah pedesaan, dan penurunan pasokan Thailand makanan murah untuk pasar internasional, sangat penting bahwa produktivitas tenaga kerja yang tersisa di sektor pertanian menjadi dibesarkan. Untuk tujuan ini, pemerintah dibenarkan, karena semua masalah yang dibahas mungkin disebabkan berbagai tingkat kegagalan pasar.
Menanggapi semakin langkanya air, hak milik masih air permukaan yang tersedia secara bebas harus ditetapkan, sehingga memfasilitasi pengembangan pasar air. Dalam rangka untuk melawan arus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian dan sekolah, produksi pertanian, khususnya produksi padi, harus mekanik. Ketiga, penghapusan penggunaan yang tidak efisien saat ini pestisida membutuhkan pengenaan pajak cukai pada pestisida, penciptaan insentif keuangan bagi petani mengambil PHT, promosi pengembangan dan penyebaran informasi tentang IPM, dan penghapusan segala yang ada kebijakan, yang bekerja di lintas tujuan, yaitu, yang mendorong, bukan mengurangi penggunaan pestisida. Akhirnya, pemerintah harus mendefinisikan pendekatan kebijakan pertanian yang umum sehingga intervensi terjadi di mana diperlukan dan dibenarkan oleh tidak adanya infrastruktur yang memadai atau adanya kegagalan pasar saja
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Thailand merupakan negara yang memiliki sistem pertanian yang baik di dunia. Pada negara ini sistem penyuluhan dibenahi, sarana produksi dan permodalan disediakan, infrastruktur dibangun dengan kualitas prima. Bahkan, untuk menjangkau pasar internasional, standar yang dipakai di negara pengimpor diterapkan di petani. Setiap petani yang akan mengekspor produknya harus menjalankan dua standar, yaitu GAP (good agricultural practices) dan GMP (good manufacturing practices). Jika petani telah menjalankan, pemerintahlah yang membayar sertifikasinya.
Peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara menyediakan dukungan penelitian, pelatihan dan sarana produksi bahkan Bank Of Agriculture yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara juga menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi. Belanja negara untuk pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian. Jalan dan pasar induk dibangun dan dikelola dengan profesional. Peran sektor bisnis juga tak boleh dilupakan. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan agunan.
Masalah yang dihadapi dari thailand selalu sama selama bertahun tahun. Persoalan utama yang dihadapi Thailand adalah tanah ( kualitas dan kuantitas ), reformasi agraria, kelangkaan air, kekurangan tenaga kerja, dan pemanfaatan efisien pestisida yang menimbulkan ancaman serius terhadap pemeliharaan keunggulan komparatif dan produktivitas pertanian Thailand.
Ijin share ya..
ReplyDeletemakalah ini bahas pertanian Thailand pada tahun berapa ya kak ..
ReplyDeleteJadi iri lho kalau baca tulisan ini, karena pemerintah kita sampai sekarang belum mendukung pertanian dan peternakan di Indonesia
ReplyDelete👍👍👍👍
ReplyDeleteGG
ReplyDelete