Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasional
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit ini mempunyai topografi bergunung dengan lereng jurang ¬sangat curam (55 > 140%), perbedaan tinggi antara tempat terrendah dan tertinggi (relief) > 500m. Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening)
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dnegan lereng berkisar antara 15 ¬> 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 - > 500m. Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup baik alami maupun tata guna lahan.
3. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan/perbukitan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hampir datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyususnnya yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.
4. Perbukitan sisa terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara teuns menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisa terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrops). Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relatif memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial fan).
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35o). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar melun cur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
(6. Lereng kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sempit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga puncak dan mempunyai lereng landai hingga lembut (nearly to gentle) dan tanpa hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rock). Di permukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7. Lahan rusak (Bad land).
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit ini mempunyai topografi bergunung dengan lereng jurang ¬sangat curam (55 > 140%), perbedaan tinggi antara tempat terrendah dan tertinggi (relief) > 500m. Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening)
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dnegan lereng berkisar antara 15 ¬> 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 - > 500m. Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup baik alami maupun tata guna lahan.
3. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan/perbukitan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hampir datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyususnnya yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.
4. Perbukitan sisa terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara teuns menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisa terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrops). Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relatif memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial fan).
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35o). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar melun cur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
(6. Lereng kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sempit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga puncak dan mempunyai lereng landai hingga lembut (nearly to gentle) dan tanpa hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rock). Di permukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7. Lahan rusak (Bad land).
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).