LATIHAN INTERPRETASI KENAMPAKAN FISIOGRAFIS SECARA DENGAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM PUTIH

LATIHAN INTERPRETASI KENAMPAKAN FISIOGRAFIS SECARA STEREOSKOPIS DENGAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM PUTIH


                   I.          Tujuan:
Melatih keterampilan dalam melakukan interpretasi foto udara secara stereoskopis dengan foto udara pankromatik hitam-putih khususnya untuk penutupan lahan
                 II.          Alat dan Bahan
1.     Citra foto udara Pankromatik hitam putih skala 1:50.000 sebanyak 2 lembar dimana merupakan foto udara tampalan satu dengan yang lain.
2.     Alat pengamatan stereoskopis yaitu steroskop
3.     Lembar transparasi
4.     Kertas kalkir ukuran A4
5.     Kertas HVS ukuran A4
6.     Spidol OHP ukuran F dengn variasi warnanya
7.     Rapidograph/Drawingpan ukuran 0,3
8.     Alat tulis

               III.          Dasar Teori
·       Stereoskopis
merupakan ilmu yang sekaligus juga seni dalam penggunaan tampilan binokuler untuk pengamatan fotografi yang bertampalan atau tampilan perspektif lainnya. Penginderaan jauh sistem foto udara memanfaatkan teknik stereoskopis ini untuk mendapatkan informasi turunan dari serangkaian data foto udara seperti ketinggian, jarak, volume dan lain-lain
·       Prinsip Interpretasi Citra
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya. Interpretasi dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat pula secara digital. Interpretasi secara visual sering disebut dengan interpretasi fotografik (photographic interpretation), sekalipun citra yang digunakan bukan citra foto,melainkan merupakan citra non-foto yang telah tercetak (hard copy).
Sebutan interpretasi fotografik sering diberikan pada interpretasi visual citra non-foto, karena banyak produk tercetak citra non-foto di masa lalu (bahkan sampai sekarang) diwujudkan dalam bentuk film ataupun citra tercetak diatas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik.
Halini dapat dilakukan, karena proses pencetakan oleh komputer pengolah citra non-fotodilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil cetakannya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (lebih kurang hingga ukuran kuarto).Istilah interpretasi fotografik juga diberikan pada berbagai kegiatan interpretasi visual citra-citra non-foto, karena prinsip-prinsip interpretasi ynag digunakan tidak jauh berbeda dari prinsip-prinsip interpretasi foto udara, misalnya penggunaan 8 unsur interpretasi dan pengamatan stereoskopis. Interpretasi fotografi dapat pula dilakukan atas citra foto yang telah discan dan kemudian dicetak dengan bantuan komputer.
 Pengamatan stereoskopis juga dimungkinkanpada citra-citra satelit pada jalur orbit yang bertampalan (overlapping), misalnya citra SPOT.
Pada interpretasi fotografik, prinsip konvergensi bukti digunakan untuk menyusun kesimpulan tentang obyek yang telah dideteksi. Dalam konvergensi bukti, serangkaian bukti yang didukung beberapa unsur- unsur interpretasi akan mengarahkan penafsir ke beberapa kesimpulan tentang jenis obyek yang ada pada citra. Penambahan satu atau beberapa unsur interpretasi akan mempersempit kemungkinan jenis obyek yang ada, dan pada akhirnya, penggunaan satu unsur interpretasi berikutnya akan membimbing penafsir ke satu kesimpulan tentang jenis obyek yang dikaji.
Misalnya, pada penggunaan foto udara inframerah berwarna skala 1 :10.000 diperoleh data obyek berupa warna hiaju kea rah cyan, berbentuk segiempat berukuran sekitar 100 x 110 meter persegi, bertekstur halus. Dari keempat unsur interpretasi ini, ada beberapa kemungkinan tentang jenis obyeknya, yaitu lahan terbuka (dengan tanah berwarna coklat merah kekuningan) yang penggunaanya belum pasti: lapangan sepakbola, lahan sawah yang sedang tidak ditanami, tegalan (pertanian lahan kering) tanpa tanaman, atau sekadar lahan kosong tanpa fungsi yang jelas.
 Penambahan unsur interpretasi yang lain seperti misalnya pola tidak menunjukkan adanya pengulangan kenampakan serupa disekitarnya; begitu pula dari segi bayangan tidak tampak adanya kesan bayangan yang terekam. Penambahan dua unsur ini sudah mengurangi kemungkinan jenis obyek yaitu bukan sawah/tegalan, dan bukan pula lapangan sepakbola yang digunakan secara permanent, karena tanpa tiang gawang.
Penggunaaan unsur situs hanya menunjukkan bahwa obyek tersebut berdekatan dengan jalan, sedangkan aspek asosiasi menunjukkan bahwa ada obyek-obyek yang telah diduga sebagai rumah-rumah dengan ukuran kecil, berpola teratur, berdekatan dengan obyek tersebut. Aspek asosiasi dapat membimbing penafsir ke arah kesimpulan bahwa lahan tersebut merupakan lahan kosong yang dipersiapkan untuk pengembangan perumahan.
Penggunaan unsur-unsur interpretasi tidak selalu selengkap itu. Kadang-kadang hanya dibutuhkan 3 sampai 4 unsur untuk mengenali obyek yang ada. Pada foto udara inframerah berwarna, warna merupakan unsur interpretasi yang sangat mendasar untuk digunakan sebagai titik tolak pengenalan obyek-obyek penutup/penggunaan lahan. Pada banyak kasus, pola, situs, dan asosiasi berperan lebih penting pada pengenalan obyek yang bukan penutup/penggunaan lahan, misalnya satuan-satuan fisiografik atau bentuk lahan.


              IV.          Cara kerja
1.     Siapkan dua citra foto udara Pankromatik hitam putih yang saling berurutan.
2.     Letakkan kedua foto tersebut dibawah alat pengamatan stereoskop.
3.     Amati kedua gambar sampai terlihat daerah yang bertampalan.
4.     Amati daerah mana saja yang termasuk bergunung, bergelombang, dataran, berombak dan berbukit.
5.     Letakkan plastik transparan ke atas gambar, kemudian gambar daerah yang bertampalan dengan menggunakan spidol ohp.

                V.          Hasil praktikum
Peta fisiografis secara stereoskopis
(terlampir)

              VI.          Pembahasan

Praktikum kali ini membicarakan tentang interpretasi penutup lahan/ penggunaan lahan  secara stereoskopis yaitu mendapatkan informasi turunan dari serangkaian data foto udara seperti ketinggian, jarak, volume dan lain-lain. Foto udara yang praktikan gunakan dalam praktikum ini adalah foto udara pankromatik hitam putih skala 1:50.000 daerah Bali.
Pengenalan kenampakan relief permukaan bumi atau fisiografi merupakan landasan penting dalam kajian geografi fisik,geologi,pengunaan lahan dan kegiatan yang meliputi pengamatan secara fisik disuatu wilayah. Pengenalan kenampakan fisiografi ini mengunakan bantuan citra penginderaan jauh berupa poto udara pangromatik hitam putih , karena dari poto udara itu  mampu menyajikan susunan keruangan,relief ataupun kenampakan yang lain.  Kenampakan fisiografi yang tergambar pada foto udara tidak selalu tepat menyajikan kenyatan di lapangan. Dengan mengunakan foto udara kenampakan fisiografi akan dapat diamati secara stereoskopis.
Keuntungan dari pengamatan secara sterekopis wilayah yang diamati/objek yang diamati tampak perujudan tiga dimensional,pengenalannya pada citrapun akan menjadi mudah dilakukan untuk pegamatan  

Pada saat praktikum  tentatif kenampakan fisiografi bali, hanya dapat melihat kenampak berupa  relief laut,  bergelombang, dan dataran. Tetapi terdapat banyak dataran di bagian dekat laut dan bergelombang dibagian tengah yang di dapat  dari hasil praktikum menggunakan alat stereoskopis. Namun ada beberapa kesulitan dalam praktikum ini yaitu menentukan tapalannya dan pandangan mata seseorang yang berbeda-beda. Sehingga berulangkali harus teliti untuk  menepatkan daerah yang bertapalan.







            VII.          Kesimpulan
1.     Pengamatan stereoskopis adalah suatu kegiatan interpretasi citra/ foto udara dengan menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop. Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi untuk menampilkan gambar 3 dimensional bagi jenis citra tertentu, citra yang telah lama lama dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara, ia dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi objek bila diketahui tinggi salah satu titik yang tergambar pada foto, disamping itu juga dapat diukur kemiringan lerengnya.
2.     Terlihat kenampakan relief bergunung, berbukit, bergelombang dan dataran. Namun yang banyak yaitu relief dataran, karena mudah dikenali.
3.     Kesulitan dalam praktikum ini adalah menentukan daerah yang bertapalan dan pandangan mata orang yang bervariasi. Pertambahan usia seorang pengamat juga memungkinkan perubahan kemampuan pengamat tersebut dalam menghasilkan pandangan tiga dimensional. Dengan demikian seorang ahli fotogrametris yang bekerja dengan gambaran stereoskopis juga memiliki kemungkinan mengalami kesulitan pembentukan gambaran tiga dimensi pada masa tertentu.


          VIII.          Daftar pustaka


Felix, Yanuar. 2006. Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar (online)

(www.bpadjogja.com) diakses 9 November 2014



Jonny Richards

Templateify is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post